Theme Preview Rss

Ngungsi ke Singapore #2

Hihihi gak enak banget ya mutus ceritanya kemaren, yasudahlah udah terlanjur, jadi kita lanjut saja ceritanya….

Setealah capek nata tripod buat foto-foto dengan background Marina Bay resort, aku lanjutin jalan ke arah Esplanade yang bentuk bangunannya kayak durian. Karena kakiku mulai capek dipakai sesiangan berjalan, aku memutuskan untuk duduk-duduk sebentar di kursi beton yang ada di sepanjang jembatan Esplanade Drive menuju esplanade ditemani es krim wafer seharga SGD1 sambil sambil menikmati suasana sore yang cerah dan pemandangan ke arah Marina Bay yang cantik. Di sepanjang Esplanade Drive banyak warga lokal maupun ekspatriat yang jogging sore baik sendiri maupun berkelompok. Setelah gelap aku berjalan mendekati esplanade dan bermaksud menuju Marina Bay Resort, tapi kakiku terlalu capek untuk menuju ke sana.

Di samping esplanade ada foodcourt Glutton Bay, yang menurut teman makanannya beraneka macam dengan rasa lumayan dan harga yang tidak terlalu mahal. Aku tidak menyempatkan mampir ke Glutton bay dan memilih memaksa kakiku untuk berjalan ke suntec city karena penasaran dengan fountain of wealth, semacam air mancur di dalam mall yang katanya besar dan cantik. Sesampainya di Suntec city, aku sedikit kecewa karena ternyata Fountain of Wealth gak kayak yang aku bayangin. Fountain of wealth ini air mancur yang semburannya tipis tapi banyak, dan di semburan air yang lembut seperti kabut itu disorotkan lampu semacam laser yang membentuk berbagai gambar layaknya sorotan proyektor ke layar. Sayang ketika aku sampai di situ waktu masih menunjukkan pukul 8 malam, sementara pertunjukan air mancurnya di mulai jam 9 malam.

Setelah ngerasa cukup mengistirahatkan kaki aku memutuskan buat pulang ke penginapan dengan memakai MRT dari stasiun City Hall yang letaknya tak jauh dari terowongan bawah tanah Suntec City. Sesampainya di Little India aku mampir membeli kue prata untuk makan malam dan langsung menuju penginapan untuk istirahat. Meskipun di Pub lantai bawah ramai pengunjung, lantai dua penginapanku masih sepi dan masih ada beberapa kasur kosong di sekitar tempat tidurku, orang-orang seruanganku yang cuman beberapa kelihatannya jg sudah mulai tidur.

Day 2

Jam 6 pagi alarm hapeku sudah berbunyi, tapi begitu aku bangun dan membuka jendela kamar, ternyata di luar masih gelap, bahkan sesaat kemudian baru terdengat adzan subuh yang berkumandang dari masjid yang tak jauh dari penginapan. Aku menyempatkan diri berjalan dan berfoto di jalan-jalan sekitar penginapan yang Nampak masih sepi sebelum kembali lagi ke hotel untuk mandi. Tanpa menunggu sarapan dari penginapan, jam 7 aku sudah berangkat dari hotel menuju stasiun MRT yang sudah buka sejak jam 6 pagi. Meskipun di jalanan masih Nampak gelap dan lengang, ternyata kereta MRT yang membawaku ke stasiun MRT Bras Basah sudah ramai dengan pelajar dan pekerja kantoran.

Sebenarnya tujuanku pengen masuk ke Museum seni yang letaknya dekat dengan Stasiun MRT Bras Basah, tapi karena Museum baru buka jam 9 pagi, aku hanya sempet berfoto di depan museum dan melanjutkan jalan menuju Cathedral of the Good Shepherd dan Chimes yang ada di Victoria St. Lagi-lagi di kedua tempat itu aku cuman mengambil beberapa jepretan, dan aku lanjut jalan ke arah Stamford Hotel dan Capitol Building yang ada di Stamford Road ya cuman buat foto-foto, bangunannya aja tapi yang difoto, akunya numpang dikit-dikit :D.

Eh gak kerasa kalau perbandingan jarak yang ada di peta sama jarak aslinya rada gak proporsional, karena jarak aslinya gak sejauh jarak yang digambarin di peta. Gak kerasa aja gitu aku jalan dari Stasiun MRT Bras Basah eh tiba-tiba udah sampe aja di sekitaran kompleks Esplanade lagi. Yaudah, sekalian aja aku samperin tuh tempat-tempat menarik yang ditunjukin di peta, mulai dengan Cathedral St. Andrew's, Old Supreme Center, Asian Civilisation Museum dll tapi cuman mampir foto-foto di depannya aja. Lanjut nyusurin pinggir Singapore River sambil foto-foto sama patung-patung tembaga diorama masa awal perkembangan Singapura yang ada di sekitar bangunan Club IndoChine. Masih lanjut jalan ke arah jembatan buat nyeberang ke area Clarke Quay yang penuh dengan restoran-restoran pinggir sungai, pub dan bar yang ramai kalo malem. Kalo siang Clarke Quay dan Boat Quay sepi, restoran dan bar pada tutup, tapi kalo malem daerah ini ramai dengan kerlap-kerlip lampu, aroma masakan seafood dan suasanan hiburan malam. Hostel Prince of Wales tempatku nginep punya cabang di daerah Boat Quay sini, jadi bagi yang suka hiburan malam mending nyoba nginep aja di PoW Boat Quay.

Dari Clarke Quay aku jalan menuju Stasiun MRT Raffles Place karena mau ngelanjutin jalan ke Bugis. Untuk ke Bugis, dari Raffles Place naik MRT Jalur hijau (EW) kea rah Pasir Ris dan turun di Stasiun Bugis. Niatnya sih mau mulai nyari oleh-oleh, makanya begitu sampai Stasiun Bugis aku langsung menuju Bugis Street yang katanya barang-barangnya murah. Ketika sampai di Bugis street yang ternyata bentuknya kayak ITC banyak kios yang masih tutup, dan beberapa yang masih mulai menata barang dagangannya. Di Bugis street ini barang yang dijual diantaranya baju, souvenir, jam tangan, kacamata dan tas. Harga pakaiannya gak jauh sama di Jakarta, Kaos-kaos untuk oleh-oleh dijual sekitar SGD12-15, sedangkan gantungan kunci dan magnet kulkas dijual skitar SGD10/5buah. Sehabis dari Bugis Street aku lanjut jalan ke Bugis Juction buat nyari sabun cair titipan temen, yang katanya beberapa variantnya udah gak beredar di konter Indonesia. Sebenernya pas di Bugis ini kaki udah berasa gempor banget, tapi aku masih pengen lanjut jalan ke daerah Arab street buat ngliat Masjid Sultan dan kompleks istana di Kampong Glam. Di seberang Masjid Sultan aku beristirahat sebentar sambil makan siang dengan menu Nasi Briyani Mutton plus es teh. Nasi Briyaninya mantab, bukan hanya karena porsinya yang super banyak, tapi memang rasanya enak. Ternyata yang dimaksud Mutton itu semacam daging kambing yang direndang, tapi rasanya gak seenak rendang sih, es teh di restoran ini juga kurang mantab, lebih enakan es teh yang dijual di warung dekat penginepanku di Little India.

Karena cuaca yang panas dan kaki yang udah capek, aku batalin rencana buat ke Kampong Glam, aku berjalan menuju ke Stasiun Bugis dan lanjut menuju Orchard road. Dari Stasiun Bugis aku naek MRT ke arah Joo Koon, transit di stasiun City Hall untuk ganti MRT jalur merah (NS) ke arah Jurong East dan turun di Stasiun Orchard. Stasiun Orchard letaknya di bawah tanah, dan begitu keluar area stasiun kita udah langsung menemui deretan gerai dan pertokoan, karena memang langsung terhubung dengan mall yang ada di sekitar Orchard Road. Niat hati sih pengen belanja, tapi apa daya harga barang-barang di Singapore gak jauh beda sama di Jakarta, malah lebih mahal di Singapore yang ada. Memang ada sih beberapa brand yang harganya lebih murah di Singapore, katanya Charles & Keith salah satunya. Kalo ke Orchard jangan lupa mampir di Lucky Plaza, karena di lantai dasarnya ada banyak penjual souvenir dan coklat yang harganya lumayan murah. Di Lucky plaza ini juga ada beberapa penjual makanan Indonesia termasuk Masakan Padang. Di sekitaran Orchard ini lebih didominasi oleh turis dibandingkan dengan warga lokal, tapi turisnya mayoritas juga warga asia terutama Indonesia, Philipina dan Malaysia yang dapat dikenali dari bahasa yang dipakai.

Dari tadi aku udah ngeluh kalo kakiku capek dan pengen istirahat, tapi sehabis duduk-duduk sebentar di depan Nge Ann Mall, aku langsung masuk stasiun Orchard lagi dan naik MRT balik ke stasiun Dhoby Ghout karena mau nglanjutin jalan ke Chinatown. Untuk ke China Town, dari Stasiun Dhoby Ghout aku naik MRT jalur ungu (NE) kea rah Harbour Front, turun di Stasiun Chinatown. Aku langsung jatuh cinta begitu melihat bangunan yang ada di Chinatown, meskipun secara umum bangunan pertokoan yang ada hampir sama dengan di Little India , Clarke Quay maupun Arab street, namun bangunan dan suasana Chinatown ini lebih menarik. Meskipun Souvenir yang dijual mayoritas berciri etnis tionghoa, tapi pilihannya lebih beragam dan lebih murah dibandingkan dengan Bugis Street dan Lucky Plaza, untuk SGD10 kita bisa dapat 7 gantungan kunci atau 6 buah magnet kulkas, begitu juga kaos, selisih harganya sekitar SGD1-3. Sebelum memutuskan membeli, sebaiknya kita menyempatkan dulu untuk melihat dan membandingkan harga barang yang sejenis di took-toko lainnya karena harga antar toko bervariasai. Sebenarnya di sekitar Chinatown terdapat banyak pilihan makanan, karena terdapat banyak kios dan restoran berjajar diantara toko-toko souvenir, tapi sayang susah untuk menemukan penjual makanan yang berlabel halal. Setelah cukup membeli oleh-oleh, aku segera menuju stasiun MRT dan bermaksud menuju tujuan berikutnya, Mustafa Center.

MRT jalur ungu ke arah Punggol membawaku menuju stasiun Farrer Park, stasiun terdekat dari Mustafa Center. Mustafa Center adalah sebuah pusat perbelanjaan 24 jam yang menjual berbagai barang mulai dari kebutuhan rumah tangga sehari-hari sampai dengan berbagai perlengkapan olah raga, baju, aksesoris, suvenir, elektronik dan perhiasan emas. Begitu lelahnya kakiku membuat aku hanya mampu menyeretnya sampai di lapangan yang berada tak jauh dari pintu exit Stasiun Farrer Park. Dan karena begitu lelahnya akhirnya aku ikut bergabung dengan beberapa warga india yang sedang duduk- duduk di lapangan rumput di seberang Serangoon Plaza itu. Sekitar 30 menit mungkin, aku Cuma duduk dan meluruskan kakiku di atas rumput, tapi perutku yang udah mulai lapar membuatku terpaksa berjalan ke Berseh Foodcourt di Jalan Besar. Ternyata perjuanganku sia-sia, menu yang ditawarkan di Berseh foodcourt itu didominan oleh makanan non-halal, kios yang menjual makanan halal sudah pada tutup. Untungnya di seberang foodcourt itu ada kios yang menjual makanan india, untuk makan malam aku memilih menu masala dosai, yang ternyata berupa kue beras tipis dan gurih yang digulung dan diisi dengan kari kentang, rasanya mirip kue serabi. Dengan perut kenyang dan kaki lunglai aku berjuang menuju Stasiun Farrer Park untuk pulang ke Little India.

Bersambung….


8 comments:

Unknown said...

ah,,,di mustafa center mah gak menarik...itu menurutku ya...paling suka blanja di chinatown...

aduuuh,,,jadi kangen abang2 yg jual pisang di little india,,,gara2 bosen ma nasi biryani,,,aku makannya cuma pisang lho pas disana...hehehehe

Anonymous said...

Gambarnya indah..kapan yah bisa kesana juga :)

Anonymous said...

jauh banget suasananya sama indo ya... kayanya adem gt disana, meskipun panas-nya ya sama aja, wkakakakak.... ya iyah lha, kalo dipikir2 negara sekecil itu, seinci tanahnya pasti diperhitungkan dan diatur sedemikian rupa! :P

gerandis said...

@riesta : iya, kau suka chinatown

@f4dLy : makasih, kalo diniatin bisa lah... :D

@prima : iya beda sama Indonesia, tapi panasnya ampun-ampunan gerah banget, kayak di pontianak gitu kali ya?

Re_Notxa said...

suukaaaa.... :)

Gogo Caroselle said...

hihi kamu dipotong2 terus ih ceritanyaa.... kutunggu yg berikutnya ya :)

gerandis said...

@Nora : sama saya? sama apanya yg suka?

@gogo : iya go, capek nulisnya...kebanyakan yg mo diceritain :D , tp jadinya malah gak padet dan melompong gini :D

liburan singapore said...

bugis street memang tempat belanja untuk oleh-oleh
informasi menarik terima kasih

Post a Comment