Theme Preview Rss

biak trip #2

Hari kedua trip biak diwarnai dengan gerimis mengundang yang telah mulai mengguyur sejak kami bangun pagi. Dengan langit yang rata diselimuti awan abu-abu, tampaknya kecil kemungkinan gerimis ini akan diganti dengan sinar matahari. Rencana awal untuk menyeberang ke Pulau Owi kami batalkan dan kami ganti dengan mengunjungi tempat-tempat wisata di sekitaran kota. Saat awan sedikit menipis kami nekat memulai trip biak hari kedua. Demi menghemat budget kami urung menyewa mobil  dan memilih menggunakan dua buah motor yang kami sewa dari resepsionis. Normalnya motor-motor ini disewakan per-jam dengan tarif 20rb, karena kami menyewa dari jam 9 pagi sampai 4 sore mereka memberikan harga 100rb/motor. Gerimis dan helm yang super apek tak menghalangi niat kami untuk melanjutkan trip hari kedua ini.

Tujuan pertama hari kedua ini adalah Gua Jepang Binsari. Meski letaknya tak jauh dari kota, tapi tanpa adanya papan petunjuk jalan membuat sedikit sulit untuk menemukan lokasinya. Dengan bertanya arah kepada penduduk yang kami jumpai, kami berhasil juga sampai ke Gua Jepang meski sempat nyasar memutari bukit cukup lama. Dari arah kota patokan jalan menuju gua ini adalah persimpangan jalan sebelum Kantor SAR yang tembus ke Bandara Frans Kaisepo. Jika ke kanan adalah jalan kecil menuju bandara, maka jalan menuju Gua Jepang adalah jalan yang naik ke kiri.



Dengan retribusi masuk sebesar 20rb selain melihat gua persembunyian serdadu jepang pada masa Perang Dunia II kita bisa menyaksikan benda-benda sisa pertempuran yang berupa bangkai pesawat, jeep, mortir, granat dll. Berdasarkan cerita dari ibu penjaga gua, di gua inilah sekitar tiga ribu tentara jepang mati dibom oleh sekutu. Lubang besar di bagian atas gua merupakan lokasi pasukan udara sekutu menjatuhkan bom di gua persembunyian serdadu jepang ini. Karena kondisi jalur yang licin, ruangan gua yang gelap (dan seram), serta nyali yang ciut kami urung untuk turun melihat kondisi dalam gua. Menurut cerita teman, sebagian gua ini belum digali, jadi kemungkinan masih banyak lagi tulang-belulang para serdadu jepang yang belum diangkat.



Dengan gerimis yang ternyata tak kunjung reda dan pakaian kami yang mulai kuyup kami putuskan untuk kembali ke hotel demi tak melewatkan jatah makan siang gratis kami. Selesai makan siang dan mengganti pakaian kami melanjutkan perjalanan ke arah Pantai Parai. Meski gerimis telah berhenti, namun mendung masih tampak menghiasi langit dan membuat pemandangan Pantai Parai terlihat kurang menarik. Di Pantai Parai ini kami hanya singgah berfoto di Monumen Perang Dunia II yang dibangun atas kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang. Sebelum kami meninggalkan tempat ini,beberapa anak mendatangi kami dan meminta uang kebersihan dan parkir sebesar 20rb.


Selepas dari Pantai Parai kami singgah di Gua Biru yang terletak tak jauh dari pertemuan jalan dari arah Pantai Parai dan Kota. Dengan bertanya pada warga pula kami dapat menemukan setapak untuk turun melihat Gua bermata air yang tampak kebiruan ini. Untuk melihat keindahan sumber air biru yang jernih ini dari dekat kami harus menuruni setapak batu karang yang cukup terjal. Saat kami kembali menaiki setapak seorang anak kecil telah menunggu untuk mengutip tips karena kami telah berfoto-foto di sini. Meski anak tersebut mau kami beri uang 10rb, tapi ibunya tampak mengomel di kejauhan :p.


Masih menelusuri jalan raya menuju Pantai Bosnik, kami mengunjungi tempat wisata Taman Burung dan taman Anggrek yang berada di bagian kiri sisi jalan. Dengan retribusi 5rb/org di tempat yang rindang kita bisa melihat koleksi burung dan anggrek asli Papua. Selain berbagai jenis burung kakaktua dan nuri, terdapat pula burung enggang, kasuari dan burung mambruk dalam deretan sangkar kawat. Tak semua koleksi burung di taman ini berada di dalam kandang, bahkan kami melihat seekor kasuari yang dibiarkan berkeliaran di sekitar kandang kasuari lainnya. Untuk koleksi anggreknya, sepertinya kami hanya bisa menyaksikan daun-daunnya, karena sebagian besar koleksi anggrek taman ini belum nampak berbunga. Karena waktu telah beranjak sore, kunjungan ke taman burung ini menjadi penutup trip biak di hari kedua.


6 comments:

dansapar said...

guanya jepang serem beuuud, kakak....
tp gua birunya keren deh...
kok bisa biru ya...

gerandis said...

@dansapar : harusnya kami masuk minta ditemenin ibu penjaganya aja, karna kalo dari dalam bagus buat foto2. Kayaknya itu bisa biru gitu karna warna area dasarnya deh, karna dalam juga sih kyaknya.

riana said...

taman burung & taman anggreknya kerennnn...

Re_Notxa said...

kereeeeen........

titiw said...

Itu warna biru mata airnya baguuus! Mana fotonya keren2.. ih kamu tambah jago aja deh beb.. ;)

gerandis said...

@mbak riana & renotxa : ayo2 silahkan mampir ksana

@titiw : iiiiih kakak suka banget sih mujiiii

Post a Comment