Theme Preview Rss

Sakura Trip Day 1 : Kyoto

Delay-nya flight Air Asia dari Kuala Lumpur ke Kansai International Airport di Osaka membuat itinerary hari pertamaku harus disesuaikan. Jadwal landing yang sebelumnya pukul 08.25 GMT+9 mundur menjadi pukul 11 GMT+9. Meski waktu telah menunjukkan pukul 11 tapi hembusan angin sejuk langsung menyambut begitu aku keluar dari bangunan utama bandara menuju area Stasiun Kereta Api yang terintegrasi. Sejuknya cuaca musim semi di Osaka ini mengingatkanku pada sejuknya Kota Batu saat pagi (jauh ya perbandingannya). Hari pertama dan kedua di Jepang akan aku habiskan di Kyoto, karena itu dari KIX aku langsung menuju Kyoto. Menggunakan kereta Haruka aku menuju Kyoto dengan menempuh waktu perjalanan sekitar satu jam. Tiket kereta Haruka dan kartu pass Kansai One Pass aku beli di kantor JR West yang terletak di lantai 2. Info tentang kartu pass dan transportasi akan aku tulis di postingan terpisah (kalo sempet xp).
Sesampainya di Kyoto Station, aku langsung menuju Bus Ticket Office untuk membeli Kyoto Bus Pass, kartu sakti yang bebas digunakan untuk naik Kyoto City Bus (Raku Bus) seharian dengan harga 500 JPY. Dari Statiun Kyoto dengan bis nomor 17 aku menuju Khaosan Kyoto Guesthouse di daerah Kawaramachi untuk menaruh koper sebelum melanjutkan ke tujuan selanjutnya.

inside the Raku Bus
Dari halte Shijokawaramachi yang tak jauh dari hostel aku menuju ke Yasaka Pagoda yang berada di daerah antara Gion dan Kuil Kiyomizudera dengan bis nomor 201. Tujuan utamaku bukan untuk mengunjungi pagoda tersebut, tetapi ke Okamoto Kimono rental yang terletak tak jauh dari situ. Ya, di hari pertama ini aku akan berkeliling Kyoto menggunakan kimono!. Di Okamaoto inilah aku bertemu dengan dua orang temanku, Mbak andin dan Mbak Anik yang akan menemani perjalananku di Kyoto dan Osaka selama tiga hari pertama di Jepang. Bukan kebetulan, kami memang berencana pergi bersama, tetapi karena pertimbangan jadwal dan harga tiket, kami hanya sempat traveling bersama selama tiga hari di Jepang.

Kimono telah kami kenakan, lengkap dengan sandal dan tas tangan khas Jepang, kami siap menjelajah Kyoto dan berfoto!. Tak jauh dari Yasaka Pagoda terdapat kuil kecil yang menarik untuk berfoto, kuil tersebut bernama Yasaka Koshin Do. Kuil ini memiliki gerbang berwarna orange cerah dan altar yang dihiasi dengan bola-bola kain warna-warni. Siang itu suasana di sekitar kuil cukup ramai, sehingga kami harus "antri" untuk berfoto. 
Yasaka Koshindo Orange Gate
the colorfull balls
Yasaka Pagoda
Tak sabar untuk segera melihat bunga sakura, perjalanan kami lanjutkan menuju Philosopher Path. Sebuah jalan pedestrian di pinggir sungai yang ditumbuhi jajaran pohon sakura yang menjadi salah satu best spot sakura di Kyoto. Berdasarkan prakiraan, bunga sakura diprediksi mulai mekar di Kyoto pada akhir maret dan fullbloom pada 31 maret/1 April. Aku datang pada tanggal 6 April, jadi aku tak berharap melihat sakura yang sedang fullbloom, hanya berharap aku bisa melihat sakura sebelum rontok. Ternyata prakiraan mekarnya sakura meleset, sakura mekar lebih lambat dari perkiraan. Saat kami sampai di Pholoshoper Path, pohon-pohon sakura tampak dipenuhi dengan gumpalan-gumpalan bunga berwarna pink dan putih, ah kami beruntung.


Dimulai dari sekitar Kuil Ginkakuji kami berjalan menyusuri setapak menikmati keindahan sakura sambil sesekali berhenti untuk berfoto. Di sekitar jalanan ini terdapat toko-toko suvenir dan makanan, tentu saja ice cream cone dengan rasa khas Jepang bisa dengan mudah dijumpai di sini, karena orang Jepang gemar sekali makan es krim meskipun cuaca sedang dingin. Tak terasa kami telah berjalan sekitar 2 km menyusuri jalan tersebut, suasana yang sudah mulai gelap dan gerimis yang mulai turun membuat kami memutuskan untuk kembali ke Kawaramachi.  

Philosophers Path

Cuaca awal musim semi di Kyoto cukup dingin, ditambah dengan gerimis tipis yang sering turun membuat suhu semakin dingin saat angin berhembus. Untungnya Kimono yang berlapis-lapis bisa diandalkan untuk menepis dinginnya cuaca. Setibanya di Kawaramachi kami langsung makan untuk mengisi perut yang mulai keroncongan, dan tempat makan yang kami pilih adalah McD. (Ah aku menyesal saat itu kami tak terfikir untuk selfie makan McD dengan memakai kimono) Tidak ada menu nasi di McD Jepang, dan hanya ada saos tomat, tak ada saos sambal, jadi jangan lupa untuk membawa sendiri saos sambal dari Indonesia.

Sebelum kembali ke hostel, kami menyempatkan diri untuk menyusuri Teramachi Dori, sebuah jalan yang berisi pertokoan dan tempat makan. Kami datang sekitar pukul 8 malam dan banyak toko yang sudah mulai tutup. Kami sempat membeli beberapa barang di toko suvenir yang masih buka, yang kemudian kami ketahui ternyata harganya lebih murah daripada di Osaka dan Tokyo. Dengan berjalan kaki kami kembali ke hostel untuk beristriahat dan bersiap untuk perjalanan hari berikutnya. Sampai jumpa di postingan hari kedua!

Di Depan Bar (random)
Kuil di Teramachi Dori





 

0 comments:

Post a Comment