Sawadee Kaaaaap
Perjalanan hore-horeku kali ini mengambil destinasi di dua negara, Thailand dan Malaysia. Selama sekitar 8 hari aku dan temenku, dipho, bakalan menghabiskan waktu di Bangkok, Phuket, Phi Phi, Krabi dan Penang. Selama itu otomatis kami akan berpindah-pindah penginapan dan menggunakan berbagai angkutan transportasi. Dan mulai dari tulisan ini, aku akan membuat catatan atas perjalanan kami (kalo gak males :p).
Pesawat air asia dari Surabaya yang kami tumpangi mendarat di Bandara Don Muaeng Bangkok sekitar pukul 19.00 (GMT+7) setelah menempuh penerbangan sekitar 4 jam. Saat kami membeli tiket pada Februari lalu, kami masih dijadwalkan untuk mendarat di Bandara Swarnabhumi, tapi sejak awal Oktober air asia memindahkan sebagian penerbangannya ke Don Muaeng, jadi kami tak bisa merasakan mendarat di Bandara Swarnabhumi yg katanya jauh lebih megah dari Bandara Soekarna Hatta. Meski Don Muaeng merupakan bandara lama, namun kondisinya masih cukup ok dan akses untuk menuju pusat kota Bangkok pun masih cukup mudah. Karena kami hanya membawa uang bath denggan nominal 1000-an, makasebelum keluar bandara kami memecahnya dengan membeli makanan di stall makanan di dekat escalator menuju area keberangkatan. Saat kami berada di Don Muaeng kali berikutnya, ternyata di area keberangkatan- lantai 2, terdapat lebih banyak kios-kios penjual makanan dan 7/11.
Untuk menuju pusat kota Bangkok, dari Don Muaeng terdapat beberapa alternativ, selain taxi ada pula kereta dan bis. Taxi menuju kota dipatok harga sekitar 300 tbh, itupun masih ditambah dengan antrian yang panjang untuk menunggu taxi, karena bis menawarkan tarif termurah, tentu kami lebih memilih menggunkan bis. Bis menuju kota bisa ditunggu di halte di jalan raya di luar bandara. Cukup dengan mengikuti petunjuk menuju bus terminal, kemudian berjalan menuju jalan raya di luar bandara maka akan terlihat halte untuk menunggu bis dengan berbagai jurusan. Karena kurang yakin kami bertanya pada seorang bapak-bapak berseragam yang meski dengan bahasa inggris patah-patah dia memberi tahu dengan ramah di mana kami bisa menunggu bis dan sekaligus menunjukkan nomor bis untuk menuju kota. Tak berapa lama menunggu kami pun telah berada di dalam bis nomor 29 yang entah menuju mana karena tulisan di luarnya keriting. Seorang ibu-ibu kondektur dengan tabung kecrekan menghampiri kami, dengan bahasa isyarat dia menanyakan tujuan dan menunjukkan tarif yang harus kami bayar. Kami turun di Stasiun sky train (BTS) Mo Chit dengan tarif sebesar 16 thb. Sebagai bukti pembayaran kami menerima selembar kertas tiket dari kondektur, dan harus kami simpan untuk kemudian dicek oleh seorang petugas. Lama perjalanan dari Don Muaeng munuju Mo Chit sekitar 30 menit.
Dari Mo Chit kami berganti transportasi menggunakan Sky Train menuju daerah Shukumvit. Sebelum memencet-mencet mesin penjual tiket sky train, kami menukarkan uang kami menjadi pecahan 10 thb pada petugas di konter penukaran uang di seberang mesin. Tarif dari bts mo chit ke asoke (shukumvit) yg tertera gambar di samping mesin adalah sebesar 40 thb. Setelah memencet tombol sesuai dengan tariff tempat tujuan, memasukkan koin sesuai tariff, maka keluarlah sebuah kartu yg dipakai untuk masuk dan keluar gate. Tak sampai 5 menit, sky train yg akan mengantar kami menuju Shukumvit telah datang.
Saat kami tiba di stasiun Asoke di Shukumvit 20 menit kemudian, kami sedikit bingung mencari exit terdekat dengan penginapan kami, tune hotel. Saat kami bertanya pada seorang ibu warga lokal, yang ternyata seorang ekspat jepang, dengan ramahnya dia langsung membuka google map di gadgetnya dan mengantarkan kami sampai di pintu keluar stasiun untuk menuju hotel. Keramahan dan kebaikan warga Thailand yang kami jumpai malam itu sungguh berkesan. Tune hotel ashoke yang kami tinggali selama di Bangkok terletak tak jauh dari stasiun BTS dan MRT, hanya sekitar 200 m, sehingga mempermudah akses kami selama di Bangkok.
Karena belum makan malam, setelah selesai check in dan menaruh barang di kamar kami berjalan kembali ke arah stasiun BTS dan mencari makanan halal di sekitar situ. Akhirnya kami menemukan kedai mie rebus ayam di depan 7/11 (tanpa tempat nongkrong alay) di jalanan samping Hotel Westin. Meski tak memajang tulisan halal, namun sang penjual memastikan kalau makanan yg dijualnya bebas babi. Mie rebus ayam yang dijual seharga 45 thb mirip dengan kwetiau rebus dengan ekstra kecap asin dan daun ketumbar yg beraroma kuat dan asam. Meski harga makanan di Thailand cukup murah, namun air minum cukup mahal, harga air mineral 750ml dijual seharga 7 thb dan 14 thb untuk yg 1,5 l. Selesai makan malam dan belanja di 7/11, kami kembali ke hotel untuk menyiapkan kondisi untuk menjelajah chatuchak weekend market esok hari.
Sawadee Kaaap (bisanya cuman ini doing :P)
10 comments:
aku sukaaa.... gayamu. so oldies grandpa. Aku sukaaa....
@renotxa : loooh, ini malah gaya anak muda masa kini kok dibilang oldies sik
huwoooo ditunggu cerita kalapnya di chatuchak ;p
@dansapar : ehm...aku gak sempet foto2 sih di jj market, jd rada males crita :D
Kan bs pake foto aku :p
aku dulu juga honeymoon ke bangkok
jangan lupa ikut dinner cruise di chaopraya dan main ke madam tusaud
what an experience
transumatera
Tune Hotels, wah ada juga ya.. haha, keren
Kamu bener2 blogger teladan ya kak. Gak kayak akuh, yang udah sebulan lalu ke Thailand, belum ada satu postingan pun ttg Thai di titiw.com.. Lanjutkan! :')
wuih, Thailand. Ayo di apdet dong kaka...
@transu : aku sama temenku bang, awkward kalo pake acara diner sgala
@raffael: iyes, murah dan lumayan strategis, deket stasiun skytrain ma mrt
@titiw: hiks...ini juga mentok blon dilanjut
@sureucando: ehm....ehm...
Post a Comment