dandelion

Kiriman dari @ukmekgnac baru aku terima beberapa hari lalu, padahal surat ini telah dikirim sejak tiga minggu lalu. Mungkin bukan kesalahan kurir, karena memang aku baru sempat mengambil surat ini di bagian umum kantorku. Surat ini berisi benih bunga dandelion, sejenis rumput liar, tapi bukan sembarang dadelion, biji-biji ini benih dandelion luar negeri yang didapat @ukmekgnac dari temannya.

Pagi kemaren benih-benih dandelion ini aku semai di dua buat pot. Semoga dandelion ini tetap bisa tumbuh liar meski di tempat tropis.

Srikaya

Apa kabar dengan buah Sarikaya di halaman belakang? Pagi tadi aku coba memegang buah Sarikaya yang sudah tampak menguning, ternyata sudah empuk. Selain buahnya yang sudah masak, pohon Sarikaya ini juga memunculkan tiga buah kuncup bunga.

Sore ini aku memetik buah Sarikaya itu, besarnya cuman segenggaman tanganku. Buah ini benar-benar telah masak pohon, saat aku petik tangkai buahnya tak ikut lepas, masih menempel di pohonnya. Saat dibelah tampak bulir-bulir daging buah berwarna putih dengan biji yang tampak samar kehitaman dibaliknya. Buah ini sekarang sudah masuk kulkas, persiapan buat makanan buka puasa ramadhan di hari pertama :)

p.s. sarikayanya udah aku pake buat berbuka, rasanya manis dan seger :)

dari jakarta

Sudah dari 2008 lalu aku pengen beli novel the cather in the rye karangan J. D. Salinger, tapi baru kemaren novel itu aku beli di aksara, toko buku yang ada di lantai 5 Plasa Indonesia. Dulu, tahun 2008, udah sempet mau beli versi terjemahannya di toko kharisma Sentani City, tapi urung karena cetakan bukunya jelek dan tampak usang. Sebelum memutuskan untuk membelinya, aku sekilas membaca salah satu halaman novel ini, maklum bahasa inggrisku gak bagus, malas kalau mesti sering-sering ngintip kamus untuk menikmati novel ini. Bdw aku suka dengan layout toko aksara, buku dan barang-barang yang dijual juga unik dan menarik, tapi sayangnya terlalu mahal buatku.

Saat di Jakarta kemaren aku sempat naik ke atap hotel yang aku tempati. Jakarta pagi sudah mulai sibuk dengan aktifitas warganya meski matahari belum nampak. Lewat pukul 6 mentari tak kunjung nampak, awan menutupi langit timur, entah awan atau asap, karena sepanjang haripun langit Jakarta selalu tampak kelabu, tak pernah terlihat biru. Untuk yang satu ini, aku bersyukur, di Jayapura aku masih bisa menikmati matahari yang terbit di cerahnya langit, udara yang masih bersih dan ritme hidup yang masih santai.

self potrait

Saat mati lampu semalam, dari pada bengong aku iseng berfoto siluet memakai self timer. Properti yang dipake seadanya saja, cuman pencahayaan dari layar laptop dan pedang dari kertas karton.

P.S. beberapa foto lainnya bisa dilihat di blog ini

nu plant

Berhubung pot tanaman yang sebelumnya ada di mejaku telah pecah beberapa waktu yang lalu, kini tanaman dan pot baru telah hadir di meja kerjaku.

ijo-ijo

Kemaren lusa dapat lilin mainan dari doorprize acara perpisahan temen, bukan aku sih yang dapet, tp karena kayaknya dianggurin ya aku ambil aja :p . Trus iseng-iseng deh bikin beginian, beberapa foto yang aku gabungin jadi gambar format .gif biar gerak-gerak. Pengennya sih bikin pake format mpeg gitu, tp gak punya software buat bikinnya.

kucing tua

Sudah beberapa hari kucing tua ini selalu nongkrong di halaman belakang rumah tiap pagi. Mungkin banyaknya tikus yang berkeliaran di halaman belakang yang membuatnya rajin berjaga di sana. Tapi aku tak yakin dengan ukuran tikus yang super dia masih mau menangkapnya, sepertinya kucing-kucing jaman sekarang sudah tak doyan lagi dengan tikus.

hore-hore di KRB

Hari Sabtu weekend kemaren, sebelum balik ke Jayapura, bareng dengan beberapa temen aku maen ke Bogor. Ada aja gitu ide si Al yang ngajakin buat maen ke Kebun Raya Bogor karena si Estu pengennya maen yang outdoor, bosen kali dia maen di tanah abang mulu. Beramai-ramai dengan kereta KRL bertarif 7 ribu, berangkatlah rombongan hore ini menuju Bogor. Perjalanan sekitar 1 jam ditempuh dengan berdiri-diri di gerbong yang lagi lumayan ramai penumpang. 

gerbong istimewa khusus wanita

Dari stasiun Bogor menuju Kebun Raya kami menumpang angkot bertarif 2 ribu rupiah namun tak sampai tujuan karena kami mampir dulu di restoran makaroni panggang. Seonggok makaroni panggang ukuran medium dihargai 59 ribu rupiah, cukup eneg buat kami berenam habiskan. Iya, rasanya eneg, bukan enak,  tekstur makaroninya terlalu lembek dan tak terasa istimewanya di mana. Sebenernya banyak menu makanan lain sih, dari beberapa yang kami coba rasanya biasa aja tapi overprice juga.

Abis ngisi perut lanjut kami menuju Kebun Raya, rada kesiangan ternyata kami datang, udah nyengat aja mataharinya. Mungkin karena udah mulai musim liburan sekolah, itu kebun raya lumayan rame sama anak-anak sekolah, jadi gak maksimal kami maen-maennya. Tapi kaerna ada Estu, tetep ya, biar suasana lagi serame apa dia masih bisa heboh sendiri minta difotoin dengan gaya-gaya ajaibnya. Pokoknya Estu yang bikin perjalanan ke bogor ini jadi #sesuestu.

Capek sesiangan muter-muter haha-hihi di kebun raya, perjalanan dilanjutkan buat nyari apple pie, estu ngidam banget kayaknya, udah sejak dari brangkat apple pie ini dibahas mulu. Hasil tanya sana-sini kami berhasil mampir ke tempat jualan apple pie di jalan pangrango, yang ternyata gak jauh dari tempat kami makan makaroni sebelumnya, dan emang di sekitaran tempat itu banyak tempat makan yang terdengar heits. Seloyang apple pie ukuran medium dihargai 39 ribu, ukurannya persis banget sama ukuran mediumnya makaroni panggang. Rasanya, ternyata mirip banget sama nastar, cuman rada aseman dikit karena bikinnya dari apel, tapi kalo gak pake apple pie kayaknya susah deh bedainnya sama nastar biasa.

Belum puas makan apple pie, kami pindah tempat ke restoran seberangnya, yang punya menu pizza kayu bakar. Kami pesan seloyang medium pizza spicy beef, yang ternyata rasanya cuman pedes doang. Dagingnya gak berasa gurihnya, rotinya gak manteb, dan pedesnya bikin mules. Entah kami yang salah pesen menu atau emang rasa makanan di situ gak seheboh papan iklannya, kami gak puas.

Udah gitu aja jalan-jalan di Bogornya, selesai makan di jalan pangrango kami cabut menuju stasiun buat balik ke Jakarta. Kami tiba pas banget saat kereta masih kosong, dan begitu kami duduk-duduk nyaman tiba-tiba aja orang-orang heboh cari tempat berteduh karena hujan tiba-tiba mengguyur. Lengkap deh maen ke Bogornya, udah ke kebun raya (walau gak muterin semua), udah nyicipin makanan populernya (yang ternyata biasa aja) dan udah ngerasain ujannya (alhamdulillah cuman kecipratan).

 

selintas jakarta

Kadang aku ngerasa benci dengan Jakarta. Somehow aku ngerasa Jakarta menyedot rasa damai dan kebahagiaanku. Membuatku menghembuskan nafas yang panjang dan menyisakan kekosongan yang menyesak di dada. Membuatku merasa sendirian di antara riuhnya jalanan dan gemerlapnya pijar-pijar.

late post in june

wow, udah lebih dari sebulan ternyata blog ini gak ke-update. Banyak hal yang terjadi di akhir bulan mei kemarin, begitu juga di dua pertiga bulan juni ini, tapi sayangnya gak sempet direkam dalam postingan-postingan blog ini.

anyway, seminggu kemarin aku main ke Jakarta, dan akhirnya sempet juga mampir ke monas dan naik ke puncaknya. Sekitar pukul 8 pagi antrian tiket masuk ke area monumen sudah mulai panjang, tapi untungnya antrian untuk naik ke puncak monas belum mengular. Harga tiket masuk Monumen Nasional ini sekitar 3 ribu rupiah, lupa tepatnya berapa. Untuk naik ke puncak dengan elevator ada tiket tersendiri dengan harga sekitar 3 ribu juga, yang dapat dibeli di area museum perjuangan yang ada di dalam bangunan monumen. Dari puncak monas ini dapat terlihat pemandangan gedung-gedung yang ada di sekitarnya baik secara langsung atau melalui binocular yang dapat digunakan dengan membeli koin seharga 2 ribu perkeping. Nama-nama gedung yang terlihat dari puncak monas ini dapat diketahui dari panel informasi yang ada di tiap sisi. Selain untuk berwisata sejarah, umum bagi warga untuk datang menyambangi Monas di akhir pekan untuk berolahraga pagi atau sekedar berpiknik dengan keluarga di taman yang cukup rindang meski sedikit kurang terawat dan dihiasi sampah para pengunjung.