Sabtu kemaren bareng temen-temen kantor guw datang ke acara Festival Danau Sentani (FDS) yang diadain di lokasi wisata Kalkhote Sentani, Jayapura. Festival tahunan yg udah dilaksanakan selama dua tahun ini berlangsung pada sekitar Juni dg lokasi di pinggir Danau Sentani. Pada tahun ini pelaksanaan FDS berlangsung dari tanggal 19 – 23 Juni 2010 dengan tema "Loving Culture for Our Future."
Sehari sebelom FDS kami sudah mencari-cari informasi mengenai pelaksanaan acara ini, tapi kami belom juga memperoleh jadwal acaranya, udah nyoba buka website resminya tapi selalu gagal, mungkin karena traffic yg padet. Akhirnya kami putuskan rombongan berangkat pukul 10.00 WIT dg menggunakan dua mobil. Ketika sampai di lokasi FDS pengunjung sudah terlihat mulai ramai, untuk masuk ke lokasi acara pengunjung hanya dipungut biaya parkir, Rp10.000 untuk mobil dan Rp5.000 untuk kendaraan roda dua, selebihnya gratis. Jadi kalo mau masuk gratis, jalan kaki aja menuju acara ini, tapi untuk masuk dari jalan raya ke lokasi cukup jauh, ada sekitar dua kilo kayaknya. Karena kami datang pas hari pembukaan FDS lokasi parkir mobil yg cukup luas telah penuh dengan mobil panitia, peserta dan para undangan pembukaan, sehingga kami harus parkir mobil cukup jauh dari venue FDS.
Sebelum memasuki venue FDS di sepanjang jalan berjajar stan yg menjual berbagai makanan mulai dari jagung dan kacang rebus, aneka snack, buah-buahan sampai makanan berat. Setelah memasuki area FDS akan kita temui stan dari kampung-kampung, instansi pemerintah dan organisasi-organisasi lainnya. Sebagian besar stan ini menjual dan memamerkan hasil kerajinan khas Papua, khususnya kerajinan dari daerah Sentani. Di ujung venue berdiri panggung utama dengan background pemandangan permai Danau Sentani, di panggung inilah pagelaran tari dan berbagai pertunjukan seni dilaksanakan. Tepat di depan panggung disediakan tempat duduk bagi para pengunjung yg akan menikmati pertunjukan.
Pagelaran budaya utama yg ditampilkan dalam FDS adalah tari-tarian adat yg dilaksanakan sepanjang hari dari mulai pembukaan acara pada 09.00 WIT sampai malam hari tentunya dengan diselingi beberapa acara lainnya dan istirahat. Penampil yg berpartisipasi pada acara ini berasal dari berbagai suku, kampong, organisasi, instansi dan sekolah yg ada di sekitar Danau Sentani dan Kabupaten Jayapura.
Pas guw datang acara pembukaan telah selesai dilaksanakan dan di panggung kelompok tari yg terdiri dari 20an pemuda dan pemudi dari salah satu kampung telah menampilkan tarian persahabatan. Para penari menggunakan kostum khas kampung mereka, perpaduan antara rumbai, lukisan motif pada tubuh dan wajah serta hiasan kepala dari bulu burung cenderawasih.
Penampilan tari berikutnya menggambarkan perjalanan kelompok pengembara yg mencari daerah tempat tinggal baru dan akhirnya menemukan tempat tinggal yg nyaman di sekitar Danau Sentani. Tari ini dibawakan oleh penari beragam umur yg dipimpin oleh seorang lelaki dg perawakan besar dan bermuka seram. Kostum yg mereka pake menurut guw kostum yg paling keren dan sangar! Penari laki-laki menggunakan rumbai dan lukisan tubuh, memakai untaian biji-bijian, membawa tongkat dan parang serta memakai hiasan kepala yg dihiasi bulu putih burung Nuri dan di atasnya bertengger burung Cenderawasih asli yg dikeringkan. Serem dan sedih juga ngliat berapa banyak burung Cenderawasih yg dikorbankan untuk dijadikan hiasan kepala itu. Kostum penari wanita lebih sederhana, mereka hanya menggunakan rumbai dan kain serta lukisan tubuh, hiasan bulu cenderawasih di kepala dan mebawa daun-daun puring utk perlengkapan tarian. Karena masih dalam satu lingkup budaya, sebagian besar kostum dan tarian yg ditampilkan memiliki kesamaan, yaitu ditampilkan secara berkelompok, sekitar 20an orang, dengan kostum rumbai, kulit kayu, lukisan tubuh, aksesoris untaian biji-bijian dan hiasan kepala dari bulu burung kasuari dan Cenderawasih dan membawa daun tanaman puring sebagai perlengkapan tari.
Tapi ada grup tari yg kreatif dan cinta lingkungan, grup tari dari salah satu sekolah menengah ini menggunakan hiasan kepala burung Cenderawasih PALSU! Kalo dilihat dari jauh dan gak diperhatiin dengan seksama gak bakalan ketahuan kalo burung cenderawasih yg ada di kepala mereka palsu. Cenderawasih palsu ini mereka buat dari sabut kelapa, dibentuk dan dicat menyerupai burung aslinya, lengkap dengan juntai-juntai bulu palsu dari bahan yg sama, kreatif dan cinta lingkungan!
Sayang hari itu cuaca gak mendukung, hujan ikut meramaikan acara FDS, jd penyelenggaraan acara gak berjalan maksimal. Yang bikin guw salut, ketika pentas tari masih berlangsung dan hujan tiba-tiba mengguyur degan deras para penari masih tetap melanjutkan pentasnya, dan mereka malah tampak asyik dengan pertunjukan di bawah guyuran hujan itu. tidak mau kalah dengan para penari sebelumnya, para penari dari anak-anak SD tetap bersemangat menampilkan tari mereka di tengah terpaan hujan dan iringan suara petir (serius) hebat! Siang itu, Edo Kondologit sebagai penyanyi asli papua juga ikut meramaikan panggung. Edo tampil menyanyikan satu lagu dg menggunakan kostum rumbai-rumbai dan lukisan tubuh lengkap dengan hiasan kepala burung Cenderawasih dan diiringi oleh gabungan penari dari beberapa anggota grup tari yg tampil hari itu. Sebagai warga asli Papua Edo disambut antusias para penonton yg akhirnya merangsek di depan panggung, memang suara merdunya patut dibanggakan.
Sebenernya selain buat ngliat pertunjukan tari dan foto-foto dengan para penari (mereka antusias klo diajak foto), kami ke FDS juga pengen naek perahu keliling Danau Sentani dan mampir di beberapa pulau yg ada di sekitarnya. Tapi sayang di hari pembukaan itu tidak ada jadwal tur keliling danau. Tur keliling danau baru ada pada 20 – 23 Juni, ada dua macam tur, menggunakan kole-kole (sampan) dg tarif Rp10rb per orang untuk menyeberang ke pulau asai, dan tur dengan speed boat dg tariff Rp130-150rb untuk keliling danau dan mampir ke beberapa pulau mulai dari siang hingga sore, tariff ini sudah termasuk makanan dan minuman bagi peserta. Sayangnya dalam rangkaian FDS ini tidak dilaksanakan perayaan bakar batu, yang seharusnya akan menjadi tambahan daya tarik tersendiri akan kebudayaan dan kuliner khas Papua.
Sehari sebelom FDS kami sudah mencari-cari informasi mengenai pelaksanaan acara ini, tapi kami belom juga memperoleh jadwal acaranya, udah nyoba buka website resminya tapi selalu gagal, mungkin karena traffic yg padet. Akhirnya kami putuskan rombongan berangkat pukul 10.00 WIT dg menggunakan dua mobil. Ketika sampai di lokasi FDS pengunjung sudah terlihat mulai ramai, untuk masuk ke lokasi acara pengunjung hanya dipungut biaya parkir, Rp10.000 untuk mobil dan Rp5.000 untuk kendaraan roda dua, selebihnya gratis. Jadi kalo mau masuk gratis, jalan kaki aja menuju acara ini, tapi untuk masuk dari jalan raya ke lokasi cukup jauh, ada sekitar dua kilo kayaknya. Karena kami datang pas hari pembukaan FDS lokasi parkir mobil yg cukup luas telah penuh dengan mobil panitia, peserta dan para undangan pembukaan, sehingga kami harus parkir mobil cukup jauh dari venue FDS.
Sebelum memasuki venue FDS di sepanjang jalan berjajar stan yg menjual berbagai makanan mulai dari jagung dan kacang rebus, aneka snack, buah-buahan sampai makanan berat. Setelah memasuki area FDS akan kita temui stan dari kampung-kampung, instansi pemerintah dan organisasi-organisasi lainnya. Sebagian besar stan ini menjual dan memamerkan hasil kerajinan khas Papua, khususnya kerajinan dari daerah Sentani. Di ujung venue berdiri panggung utama dengan background pemandangan permai Danau Sentani, di panggung inilah pagelaran tari dan berbagai pertunjukan seni dilaksanakan. Tepat di depan panggung disediakan tempat duduk bagi para pengunjung yg akan menikmati pertunjukan.
Pagelaran budaya utama yg ditampilkan dalam FDS adalah tari-tarian adat yg dilaksanakan sepanjang hari dari mulai pembukaan acara pada 09.00 WIT sampai malam hari tentunya dengan diselingi beberapa acara lainnya dan istirahat. Penampil yg berpartisipasi pada acara ini berasal dari berbagai suku, kampong, organisasi, instansi dan sekolah yg ada di sekitar Danau Sentani dan Kabupaten Jayapura.
Pas guw datang acara pembukaan telah selesai dilaksanakan dan di panggung kelompok tari yg terdiri dari 20an pemuda dan pemudi dari salah satu kampung telah menampilkan tarian persahabatan. Para penari menggunakan kostum khas kampung mereka, perpaduan antara rumbai, lukisan motif pada tubuh dan wajah serta hiasan kepala dari bulu burung cenderawasih.
Penampilan tari berikutnya menggambarkan perjalanan kelompok pengembara yg mencari daerah tempat tinggal baru dan akhirnya menemukan tempat tinggal yg nyaman di sekitar Danau Sentani. Tari ini dibawakan oleh penari beragam umur yg dipimpin oleh seorang lelaki dg perawakan besar dan bermuka seram. Kostum yg mereka pake menurut guw kostum yg paling keren dan sangar! Penari laki-laki menggunakan rumbai dan lukisan tubuh, memakai untaian biji-bijian, membawa tongkat dan parang serta memakai hiasan kepala yg dihiasi bulu putih burung Nuri dan di atasnya bertengger burung Cenderawasih asli yg dikeringkan. Serem dan sedih juga ngliat berapa banyak burung Cenderawasih yg dikorbankan untuk dijadikan hiasan kepala itu. Kostum penari wanita lebih sederhana, mereka hanya menggunakan rumbai dan kain serta lukisan tubuh, hiasan bulu cenderawasih di kepala dan mebawa daun-daun puring utk perlengkapan tarian. Karena masih dalam satu lingkup budaya, sebagian besar kostum dan tarian yg ditampilkan memiliki kesamaan, yaitu ditampilkan secara berkelompok, sekitar 20an orang, dengan kostum rumbai, kulit kayu, lukisan tubuh, aksesoris untaian biji-bijian dan hiasan kepala dari bulu burung kasuari dan Cenderawasih dan membawa daun tanaman puring sebagai perlengkapan tari.
Tapi ada grup tari yg kreatif dan cinta lingkungan, grup tari dari salah satu sekolah menengah ini menggunakan hiasan kepala burung Cenderawasih PALSU! Kalo dilihat dari jauh dan gak diperhatiin dengan seksama gak bakalan ketahuan kalo burung cenderawasih yg ada di kepala mereka palsu. Cenderawasih palsu ini mereka buat dari sabut kelapa, dibentuk dan dicat menyerupai burung aslinya, lengkap dengan juntai-juntai bulu palsu dari bahan yg sama, kreatif dan cinta lingkungan!
Sayang hari itu cuaca gak mendukung, hujan ikut meramaikan acara FDS, jd penyelenggaraan acara gak berjalan maksimal. Yang bikin guw salut, ketika pentas tari masih berlangsung dan hujan tiba-tiba mengguyur degan deras para penari masih tetap melanjutkan pentasnya, dan mereka malah tampak asyik dengan pertunjukan di bawah guyuran hujan itu. tidak mau kalah dengan para penari sebelumnya, para penari dari anak-anak SD tetap bersemangat menampilkan tari mereka di tengah terpaan hujan dan iringan suara petir (serius) hebat! Siang itu, Edo Kondologit sebagai penyanyi asli papua juga ikut meramaikan panggung. Edo tampil menyanyikan satu lagu dg menggunakan kostum rumbai-rumbai dan lukisan tubuh lengkap dengan hiasan kepala burung Cenderawasih dan diiringi oleh gabungan penari dari beberapa anggota grup tari yg tampil hari itu. Sebagai warga asli Papua Edo disambut antusias para penonton yg akhirnya merangsek di depan panggung, memang suara merdunya patut dibanggakan.
Sebenernya selain buat ngliat pertunjukan tari dan foto-foto dengan para penari (mereka antusias klo diajak foto), kami ke FDS juga pengen naek perahu keliling Danau Sentani dan mampir di beberapa pulau yg ada di sekitarnya. Tapi sayang di hari pembukaan itu tidak ada jadwal tur keliling danau. Tur keliling danau baru ada pada 20 – 23 Juni, ada dua macam tur, menggunakan kole-kole (sampan) dg tarif Rp10rb per orang untuk menyeberang ke pulau asai, dan tur dengan speed boat dg tariff Rp130-150rb untuk keliling danau dan mampir ke beberapa pulau mulai dari siang hingga sore, tariff ini sudah termasuk makanan dan minuman bagi peserta. Sayangnya dalam rangkaian FDS ini tidak dilaksanakan perayaan bakar batu, yang seharusnya akan menjadi tambahan daya tarik tersendiri akan kebudayaan dan kuliner khas Papua.
6 comments:
Hoooo... nampak menyenangkaaaan... bisa ujan-ujanan *lhoh*
Brarti festivalnya uda selesai yak? teruz lake tour-nya kalo hari biasa ada tak??
Btw, kalo aq ke Papua, Grandis maw ngajakin aq jalan kemana?? :D
iya kalo bawa baju ganti pasti bakalan sru bisa ikut ujan2nan lha ini gak bawa!
iya kmaren penutupannya! n hari biasa gak ada tu trip keliling danau :(
ha? kamu mo ke papua? tak ajak k mana ya? ke mana ya? bingung!
iyhh, gw cantik... tidak kelihatan selangsing biasanya... *kepedean
Tar gw minta foto bersama Umbrella's Girl itu yak!!!
aihhh serunyaaa!!
makanan khas nya ada juga ta disana?
seru yaaa,
aku pengen ikuuut hehehe
@noxxy: ha? cantik!? mumpung masih di jkt, buruan sono segera cari softlens biar mata lu gak burem lg :D
@gogo: pas aq k sana lagi ujan go, jd kurang seru! ada si kyae mkanan khasnya, tp ya gak jauh2 dar papeda dan sagu :)
Of course, I'm beautiful!!! Sudah banyak yang mengatakan hal itu!!! *kepedean
Post a Comment